Pakar Mantan: Data Klaim SBY Menipu


KORANNEWS - Berhubung sejak beberapa hari lalu Pakar Mantan sedang di perjalanan, jadi tulisan bantahan pada SBY ini agak lambat. Tapi semoga tetap bisa membuka mata rakyat Indonesia demi tegaknya kebenaran.


Hal pertama yang sangat menyinggung Pakar Mantan adalah pernyataan SBY yang mengklaim berhasil menurunkan rasio hutang hingga 70%. Hal ini benar, tapi mengelabuhi.

Jadi begini, rasio adalah persentase hutang terhadap aset dan pendapatan. Contoh Pakar Mantan punya nilai kekayaan 100 juta dan punya hutang sebesar 10 juta. Rasio hutang Pakar Mantan adalah 10%.

Sementara contohnya anda punya hutang 10 juta, tapi nilai kekayaannya hanya 20 juta, maka rasio hutang anda adalah 50%.

Kalau SBY mengklaim berhasil menurunkan rasio hutang, itu sudah benar. Tapi nominal hutangnya tambah lebih dari 100% peninggalan Megawati. Saat Mega lengser, hutang kita hanya 141 miliar dollar, namun saat SBY lengser sudah menjadi 291 miliar dollar. Bahwa SBY melunasi hutang IMF memang benar, namun nominalnya hanya 3 miliar dollar. Not a big deal. Ini sama seperti kita punya hutang 3 miliar, lalu kita berhasil bayar karena mendapat hutang baru 150 miliar. Hahahaha.


Jadi kalau bicara ratio, SBY benar. Tapi hutang itu nominal uang yang harus dibayar, bukan hanya ratio yang sifatnya pencitraan.

Lalu SBY membahas GDP. Kalau mau disederhanakan, GDP adalah total produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara. Dalam GDP ada hitungan berdasarkan pengeluaran dan pendapatan. Jika pengeluaran, maka konsumsi, investasi, ekspor hingga pembelian atau belanja pemerintah dihitung sebagai GDP.

Logikanya, semakin banyak hutang maka GDP harusnya semakin tinggi. Meski sebenarnya nilai GDP dapat dijadikan referensi geliat ekonomi sebuah negara.

Tapi angkanya juga salah, tidak sampai 7,8%. Perhatikan gambar berikut:


Tapi supaya mantap sebaiknya kita melihat trade balance Indonesia selama beberapa tahun terakhir, karena kebetulan SBY juga mengklaim ekspor di masanya meningkat pesat.

Jika diperhatikan, trade balance Indonesia sejak 2012 lebih sering negatif. Yang itu artinya jumlah impor jauh lebih besar ketimbang ekspor. Jadi kalau SBY mengklaim nilai ekspor meningkat, Pakar Mantan kesulitan untuk menyimpulkannya.


Yang paling absurd tentu saja klaim fantastis 293 waduk dibangun saat era SBY selama 10 tahun. Luar biasa kalau benar. Karena Jokowi hanya mampu menjanjikan 49 waduk selama 5 tahun pemerintahannya.

Tapi sepertinya SBY salah klaim. Berdasarkan data Ditjen SDA Kementerian PU (saat ini bernama Kementerian PUPR), pada kurun waktu 2005 hingga 2009, ada 11 waduk yang dibangun diantaranya adalah bendungan Kedungbrubus di Jawa Timur dengan kapasitas 2,03 juta meter kubik, Bendungan Lodan dan Panohan di Jawa Tengah dengan kapasitas masing-masing 5,4 juta meter kubik dan 0,79 juta meter kubik.

Total telah dibangun 21 waduk dibangun selama 10 tahun SBY. 5 waduk telah selesai pembangunannya, sementara sisanya 16 waduk masih dalam pengerjaan. Sementara, proses pekerjaan waduk memakan waktu kurang lebih 4-5 tahun. Kesimpulannya, SBY hanya berhasil menyelesaikan 5 waduk.

Jadi kalau SBY mengklaim sampai 293 waduk sudah dibangun, ini sangat amat amat amaaaat keterlaluan. Bayangkan, Indonesia hanya memiliki 34 provinsi. Jika dibagi rata, berarti minimal ada 8 waduk di setiap provinsinya. Silahkan dicek di provinsi anda ada berapa waduk? Jangan-jangan malah baru dibangun.

Klaim selanjutnya yang masih satu paragraf: 1.221 embung dan 7,29 juta hektar irigasi sebaiknya tak perlu dilanjutkan. Karena datanya pasti sama salahnya.

Soal persentase SBY berhasil mengeluarkan 5.54% rakyat Indonesia dari garis kemiskinan saya mengkonfirmasi ke BPS memang benar. Meski saya meragukan rilis angkanya akurat. Tapi kalau mengklaim juga berhasil mengurangi pengangguran, lagi-lagi ini klaim yang salah kaprah.

Karena selama pemerintahan SBY, angka pengangguran cenderung meningkat tajam. Sepanjang 10 tahun SBY angka pengangguran selalu lebih buruk dari era Megawati.
Kalau boleh Pakar Mantan jujur, statistik pengangguran ini akan menjawab dan melunturkan pencitraan tingginya GDP.

Ada yang namanya hukum okun, hitungan yang dapat membuktikan apakah GDP sudah ril atau hanya pencitraan?

Contoh, GDP Indonesia 3% tapi pengangguran 1%. Hitungannya menjadi 3 – [2 x (1%) = 2%. Jadi pertumbuhan ril GDP hanya 2%. Nah kalau angka pengangguran lebih dari 2% maka sebaiknya tak perlu dihitung lagi. Karena angka ril GDP akan sangat memprihatinkan.

Jika 1 miliar pohon pertahun, harusnya setelah 10 tahun ada 10 miliar pohon baru. Kalau boleh tau ini pohonnya ada di mana? Yang jelas bukan yang disiram Mas Ibas di depan senayan kan? Kalau memang ada 10 miliar pohon baru, Pakar Mantan ingin selfie-selfie sebagai bukti sejarah bahwa SBY berhasil menanam 10 miliar pohon. Jadi tolong beri tau pohonnya ada di mana? Apa termasuk pohon ilalang di Hambalang? Eh sejak kapan ilalang masuk jenis pohon? Xixixi. Jangan-jangan Pak SBY salah klaim lagi? Jangan-jangan 1 miliar pohon pertahun itu yang ditebang, bukan yang ditanam. Sebab menurut catatan BPN ada ribuan hektar lahan dibuka untuk kelapa sawit. Sehingga inilah yang membuat Indonesia selalu kebakaran dan berasap.
Soal terorisme ini memang banyak sudah ditangkap dan ditangani selama masa SBY. Meski kita juga pasti sangat ingat bahwa SBY pernah curhat prihatin di hadapan media massa karena fotonya dijadikan latihan tembak oleh sekelompok teroris.

Tapi kalau soal narkoba, terlepas apakah angka SBY sudah benar sampai ratusan ribu kasus ditangani, tapi publik dan sejarah sudah mencatat bahwa SBY adalah presiden Indonesia pertama yang memberi grasi plus remisi pada beberapa gembong narkoba. Jika angka ratusan ribu itu bisa diartikan andil BNN, tapi kalau grasi dan remisi murni prestasi SBY.
Terakhir soal pencapaian pemberantasan korupsi. Rakyat sudah cerdas. Jadi Pakar Mantan tak perlu jelaskan lagi. SBY silahkan klaim macam-macam soal ini, tapi minimal Hambalang itu sudah menghabiskan lebih dari 2 triliun. Apalagi kesaksian Anggie yang menyatakan Demokrat mendapat 20% dari APBN, di mana 5% bersih masuk ke kanton partai, yang kalau itu berlangsung selama bertahun-tahun maka silahkan dihitung berapa triliun yang sudah Demokrat telan. 5% dari 1,000 triliun saja sudah 50 triliun. Yang diselamatkan lebih sedikit dari yamg berhasil dikorup atau terbuang sia-sia.


Sementara soal anggaran infrastruktur dan pendidikan dinaikkan mungkin memang bagus. Tapi apa hasilnya? Ya mungkin jawabnya sama seperti tulisan saya sebelumnya, uang 100 juta cuma dapat 1 liter beras.

Kesimpulan dari Pakar Mantan, data-data prestasi SBY mayoritas absurd, tidak jelas dan cenderung menipu. SBY bisa klaim membangun bla bla bla, tapi di mana bangunannya? Tidak ada. Sama seperti pohon bermilyar-milyar itu, di mana pohonnya? Berhasil menangani kasus narkoba? Mungkin memberi grasi dan remisi menurut SBY juga termasuk “menangani.”

Begitulah kura-kura.

Tertanda
Pakar Mantan 
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

Post Comment

0 comments: